Tampilkan postingan dengan label 31HariMenulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 31HariMenulis. Tampilkan semua postingan
Day 138 of 366.
Dengan keadaan yang kayak gini tingkat disiplinnya
masing-masing kita akan terlihat. Semua lini kehidupan juga sedang tidak
baik-baik saja, banyak orang memperjuangkan banyak hal yang sama untuk tetap
bertahan di tengah pandemi. Namun mungkin berbeda cara.
Disiplin dalam mencuci tangan dan menggunakan masker serta
menjaga jarak itu yang utama.
Yang satunya memperjuangkan hal tersebut. Namun yang satunya tidak
sedikit juga yang acuh.
Bukan apa-apa.
Kadang masalahnya mereka yang tak acuh dengan disiplin
ini adalah mereka yang(mungkin)berpengaruh. Influencer, kalau kata anak
milenial.
Kalau berpengaruh, tentu mereka punya pengikut dan kebanyakan
pengikutnya itu pasti anak-anak muda dong. Nggak mungkin kan generasi 60-an. Anak-anak
muda itu generasi penerus bangsa.
Kalau pengikut sudah mengidolakan sudah bukan barang sulit
untuk tidak mengaminkan dan percaya apa kata idolanya. Nah fatalnya, ada sang
idola ini mengacuhkan bab cuci tangan.
Ia mengingkari guru-guru Paud dan TK yang menanamkan perilaku
hidup bersih dan sehat, salah satu yang paling populer yakni dengan mencuci
tangan sebelum makan. Apalagi ucapannya tersebut dia lontarkan di tengah
kondisi yang seperti saat ini.
Sudah tentu mendapat banyak respon menohok dari berbagai
kalangan publik.
Aneh ya kenapa yang seperti ini malah viral, bukankah harusnya
tutorial mencuci tangan pakai sabun sambil menyanyi happy birthday to you?
-SEEYOUU
When I See You (*)
Bebal
Day 137 of 366.
Tujuh tahun lebih enam belas hari.
Kamu hilang bersama aku yang memimpikanmu di setiap tidur
malam.
Biasanya kamu duduk di pojok bangku restoran sambil membaca
buku-buku kedokteran. Itu sudah kesukaanmu.
Kamu biarkan padahal sedang berhadap-hadapan. Seolah sengaja memberiku
ruang agar puas memandang. Lantas tertawa lucu dengan lesung pipi yang menawan.
Minumanmu mulai dingin, udaranya juga.
Keadaan sedang tidak baik-baik saja, kamu masih tetap datang
seolah-olah ingin menantang.
Kamu bilang angin kencang dan hujan bukanlah lawan. Pun badanmu
basah kuyup dan kedinginan.
Memang sulit membuatmu menghapuskan cerita yang tak tuntas
berjalan. Tetapi lebih sulit lagi memintamu menghancurkan harapan tentang masa
depan yang di dalamnya ada kita.
Untuk apa? / Untuk apa?
Yang kamu tunggu sudah bilang tak mungkin pulang.
Bintang di langit malam itu cantik, tetapi hujan sukses
membuatku kirik.
Pada hari kamu tidak terlihat dalam radar, risau kian utuh dan
berdebar ke ntah yang berapa juta kalinya.
Selamat sukses membuatku tersenyum bersama luka. Letih dalam rasa yang masih sama dan mungkin ini memang saatnya.
Tujuh tahun lebih enam belas hari dan akan tetap merindukanmu.
Selalu.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Enam Belas Hari
Day 136 of 366.
Di bawah gelapnya langit Jakarta, aku tulis untuk
seorang yang sering aku panggil ‘Hey Kamu’.
Mungkin hari ini atau nanti, aku akan sedikit merasakan sesal
yang terlambat ku sadari. Tetapi sesal ini bukan karena kamu, melainkan sesalku karena
banyak waktu yang ku buang untuk dia agar bersamaku.
Tenang saja. Aku tidak akan minta balasan darimu barang
sedikit atau hampir menyamai apa yang sudah aku lalui.
Perhatian, kepedulian serta perasaan-perasaan yang rumit.
Lagian aku juga sudah berjanji untuk selalu menemani walaupun
tak bisa jamin untuk menetap disisi. Iya, biarkan ini berjalan semestinya, toh aku sudah sampaikan
dan kamu mengaminkan.
Jika kelak ku bukan aku mu, semoga kamu selalu tetap bisa bahagia,
ya.
Kokohkan tulang punggungmu, kuatkan pijakanmu, dan jadilah
tulang rusuk untuk melengkapinya. Semoga dengannya menjadikan kamu terbaik bagimu, baginya, dan
mereka serta akan menua dalam bahagia.
Aku akan baik-baik saja.
Aku harap dia sejatimu akan membantumu dan menyayangimu. Akan terus
bersama disisimu lebih baik dan lebih banyak daripada aku.
Karena bagiku kebaikan dan kebahagian untuk kamu harus nyata
bukan fana semata.
Dari yang sering kamu panggil,
aku.
Dari yang sering kamu panggil,
aku.
. . .
-SEEYOUU
When I See You (*)
Tulisan Untuk Kamu
Day 135 of 366.
Nyatanya melakukan video grub call dengan semua anggotanya
cowok itu nggak aneh kok.
Aku selalu dikelilingi teman-teman yang untungnya baik-baik
orangnya. Rejekiku. Ada teman dimana-mana, guyon-guyon bareng bisa, melewati
hari-hari selalu cerah, penuh senyum dan tawa. Menganggap semua enteng seperti
tanpa beban, begitu kata kebanyakan teman yang memperhatikanku.
Aku beruntung bisa punya teman-teman yang seperti itu.
Menjadikan keluarga kedua ketika aku jauh dari keluarga intiku.
Malam ini misalnya, mereka beramai-ramai menghubungiku untuk sekedar
berhaha-hihi melalui sambungan video grub call. Banyak sekali yang diobrolin,
mulai dari kim jong un, inflasi dunia, nilai tukar rupiah, bupati klaten,
sampai serial kapten Ri loh! Eh nggak deng, boong 😁
Teman-temanku yang di Soekamtiland, Yogyakarta ternyata selama
Ramadan ini mereka menyuplai makanan sendiri, akibat jalan-jalan dan gang-gang disana
pada ditutupin katanya. Sedang didownload eh Lockdown.
Jadi, mereka membuat jadwal masak untuk berbuka dan sahur
secara bergilir. Mereka memanfaatkan pantry
yang ada disana untuk diberdayakan menjadi dapur umum yang digunakan untuk
memasak 60-an porsi setiap jam berbuka puasa dan sahur. Sayang sekali, aku
tidak dapat ikut mencicipi masakan chef-chef
lulusan Yutub dan TikTok ini. sedih.
Selain itu mereka juga bilang kalau ngantuk katanya obatnya
cuma satu, tidur. Lagi-lagi aku dapat info berfaedah yang tidak kuduga dari
mereka malam ini.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Sepi Bersama
Day 134 of 366.
Selamam lagi-lagi tranding soal nominal uang di platform
twitter. Gaji 20jt, sempat bertengger di posisi satu tranding topik. Akar sumbernya
cuitan tersebut sebetulnya bukan dari tweet asli akun warga twitter melainkan tangkapan
layar dari sebuah grub di Facebook.
Tweet itu menyebar dengan kecepatan cahaya dan mendapat reply
yang heterogen sekali.
Dari tangkapan layar yang berisi curhatan Si Fulan bergaji
20jt ini menuturkan kalau dia sebagai rakyat kecil memohon bantuan kepada
pemerintah untuk segera mengucurkan bansos sebagai haknya.
Hey Anda, kalau bergaji 20jt per bulannya teriak rakyat kecil.
Lalu, mereka-mereka yang kalau nggak keluar rumah nggak bisa makan apa dong? Rakyat
tak kasat mata? Rakyat nano? Rakyat atom?
Lanjut ke curhatan Si Fulan, dia menuturkan kalau di masa
pandemi covid-19 ini hanya mendapat gaji separo dari biasanya. Dengan gaji
segitu dia mengaku tidak cukup untuk makan istri dan anaknya. Apalagi harus
membayar cicilan mobil 4.5jt/bulan dan KPR 5jt/bulan.
Inilah ajaran dari bapak ku yang baru aku mengerti. Bapak dari
dulu sekali sangat anti dengan yang namanya cicilan, bapakku akan membeli saat
beliau sudah ada uang yang sesuai dengan harga yang akan dibelinya.
Lah gimana kalau darurat harus dibelinya saat itu juga?
Beliau sudah paham betul, bung. Memikirkan sampai situ. Ketika
aku bertanya soal prinsipnya yang satu ini, le
duwe dituku, le raduwe meneng.
Maksudnya kalau ada uangnya ya dibeli aja, kalau nggak ada
yaudah nggak usah dibeli, kumpulin dulu uang biar bisa dibeli. Kalau punya
keinginan untuk beli ya kerja keras & nabung. Gitu katanya.
Sangat sulit bukan prinsip kayak gini buat dipake pada
kehidupan Indonesia empat titik nol?
Aku sangat beruntung jadi anaknya.
Nggak banyak orang sih yang bisa berprinsip seperti itu(mungkin)dan
wajar aja kok nggak salah bagi yang tetep mau ngambil cicilan.
Dari tweet yang mencuitkan curhatan Si Fulan ini juga ada yang
mereply dengan memberi tips alokasi ideal penghasilan bulanan dengan cara
simple menggunakan metode 40,30,20,10.
Jadi, dari pendapatan keseluruhan setiap bulan disisihkan 40%
untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, 30% dari dana untuk cicilan dan
tagihan, 20% sebagai tabungan atau simpanan dana darurat, 10% nya untuk hal-hal
kebaikan. Bisa untuk amal, infaq, bagi-bagi wishkas dengan
kucing-kucing jalanan, dan sedekah lainnya.
Tapi ini bukan pakem kok.
Misal mau kasih ke orangtua setiap bulannya dan nggak ada
cicilan. Bisa diterapinnya 40% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk tabungan, 20%
ke orangtua, 10% untuk hal baik lainnya. Metode 40,30,20,10 bisa dialokasikan
sendiri tergantung pendapatan dan pengeluaran masing-masing. Fleksibel aja.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Berprinsip Menahan
Waktu aku berjuang dan bermimpi dari semua hal yang aku
inginkan dalam hidup adalah yang terbaik. Saat itulah aku merasa ikatan antara
kita dan kekuatan kita melawan pandangan kita.
Menyelip dunia dan merangsang kita. Mari kita memilas diri
kita. Menjadi seperti bagaimana kita seharusnya. Masa depan bisa ditemukan
dijalan kita.
Temanku percaya hal yang berbeda dari ku.
RIVAL dan TEMAN!
Kami bangga memberontak. Aku melakukan apa yang hati
perintahkan. Apapun yang terjadi, aku siap!
Aku bangga memiliki hati yang keras untuk berlari ke atas,
sekarang inilah pilihanku. Apa yang aku sukai dan yang ingin kulakukan, aku
tidak tahu apakah besok akan sama.
Tapi aku tahu besok kita akan melakukan yang terbaik untuk
mendapatkannya.
-SEEYOUU
When
I See You (*)Kemauan, Tulisan Pendek
Day 132 of 366.
Ngabuburit hari ini aku mengagendakan untuk menonton serial
Spongebob Squarepants. Aku mulai mengenal dan mengikuti serial ini sejak
pertama kalinya Spongebob dan teman-temannya tayang di salah satu stasiun tv
baru pada masa itu, global tv. Kalo salah tolong dikoreksi ya, jangan dibully.
Dari situ aku mulai berpikiran untuk memasukkan kota Bikini Bottom
sebagai daftar kota yang harus ku kunjungi. Aku ingin merasakan nikmatnya Kraby
Patty nya Krusty Krab. Apakah bisa mengalahkan The Lemmy nya Lawless yang masih
menjadi juara sebagai burger terdelicious
dilidah ndesoku.
Pengen juga mendapat jawaban langsung dari Squidward sang
kasir Krusty Krab yang keliatannya tidak menyukai pekerjaannya di meja kasir
berbentuk perahu tersebut, karena mimic yang selalu kurang bergairah pada
setiap episode yang telah ku tonton. Padahal dia bergelimang duit loh di
perkerjaannya tersebut.
Perihal semacam ini sepertinya sesuatu yang ada juga di society ku deh, namun banyak yang tidak
mengakui. Golongan pekerja, bahkan kalangan eksekutif sekalian pun. Mungkin
ada.
Lusa aku baru menemukan tanpa sengaja sebuah artikel dan
kemudian membacanya. Di artikel itu dituliskan salah satu top reason penyebab
seseorang tidak menikmati pekerjaannya adalah karena Praice Addiction.
Orang dengan praice addiction yakni orang yang kecanduan akan
intensif, penghargaan, serta hal-hal yang memotivasi di luar dari diri sendiri.
Tapi masalahnya motivasi semacam ini telah dibangun dan
dibiasakan sejak di masa sekolah. Aku ingat saat di kelas lima harus berlomba
dengan murid lain untuk mendapatkan sebuah ‘bintang’ yang terpajang di depan
kelas dengan tertulis namaku. Bahkan di sistem media sosial saat ini juga
bergantung pada hal seperti like, subscribe, pengikut, dan lain sebagainya
unyuk mengukur kesuksesan.
Squidward pun juga ingin mendapatkan apresiasi semacam itu
dari impiannya sebagai pemain klarinet atau seorang seniman. Namun, dia tidak
terlalu berani untuk mengejar mimpinya tersebut. Sehingga ya akhirnya harus
bekerja pada Mr. Krab, seorang bos yang banyakan menyebalkannya ketimbang baik
pada karyawannya.
Tapi yang bikin aku ngiri itu diluar pekerjaan si Squidward
tau apa yang dia inginkan dengan dirinya sendiri. Sementara daku sering
terjebak di dalamnya. Kamu juga?
-SEEYOUU
When I See You (*)
Hiduplah Squidward Raya
Day 131 of 366.
Mimpi diomongin orang, anak ini kecanduan banget sama
kata-kata motivasi. Golongan orang yang suka banget dengan motivasi yang
kata-katanya penuh semangat, bermutiara, diksi yang bijak, membangun dan mengairahkan.
Mungkin ini tidak lepas dari kebiasaanku dulu menyaksikan
golden ways nya bapak salam super di setiap rabu malam. Sejam sebelum acaranya
dimulai aja aku sudah menyegel remote tv. Tak jarang sambil ku siapkan membawa
selembar kertas lengkap dengan penanya untuk berjaga-jaga bila perlu ada
perkataan dari sang salam super untuk ku catat. Dengan harapan aku bisa
mengingatnya, dan kemudian menerapkan ke dunia nyata dan menjadi anak muda yang
positif, produktif serta berhasil sukses di usia mudanya.
Dasar anak belia yang kehausan motivasi.
Milenial dan gen Z sekarang-sekarang ini juga sedang
rame-ramenya ngomongin motivasi tentang kesuksesan pada usia sebelum 30-an. Ya
kan? Kayaknya iya.
Akhirnya banyak dijumpai sekarang ini akun-akun motivasi
seperti itu, orang-orang jadi ngefollow akun tersebut dan menjadikan semacam kecanduan
gitu dengan hal ini. Sampe pada titik menjalani hari ini itu kayak nggak hidup,
nggak semangat gitu kalau nggak ndengerin, baca, ngeliat konten motivasi dari situ dulu.
Sampe dulu itu pernah berpikir ‘kok orang rumah nggak notice
buat ngonsumsi kayak gini sih. Bagus lo padahal, didengarkan bisa sukses’.
Dan sekarang ditampar juga dengan pikiranku dulu itu, ‘ouh
tidak segampang itu ferguso! Hahaha’
Anggapanku dulu kalau mendengar atau mengkonsumsi dari acara
dan konten-konten motivasi seperti itu bisa bikin sukses ternyata tidak. Tidak seratus persen
valid centang biru. Orang rumah sudah ada ditingkat atasku. Mereka sudah
sampai pada tingkat ‘what next’ nya.
Ngonsumsi konten-konten motivasi semacam ini sebetulnya tidak ada jeleknya, niatnya
sudah betul, sangat bagus. Tapi permasalahannya ada di ‘apa selanjutnya bro?’
Apa selanjutnya setelah selesai mengkonsumsi motivasi
tersebut? Apa tindak lanjut setelah ini?
Apakah dengan hanya tetap menatap screen 5,5 inch dan merasakan
‘wah aku sangat termotivasi sekali’. Merakan bergairah, dengan semangat
menggebu-gebu. Tapi tidak melakukan apa-apa.
Masih tetap goleran di kasur. Masih nyecroll tab expore untuk
ngonsumsi konten inspirasi lain. Ah basi!
-SEEYOUU
When I See You (*)
Pecandu Motivasi
Day 130 of 366.
Ramadan sudah melewati hari ke limabelas, artinya bulan puasanya
ini telah terlewati setengah perjalanan untuk menuju ke bulan kemenangan.
Biasanya, pengalaman dari yang sudah-sudah ketika telah memasuki separo bulan
gini semangat sahurnya mulai luntur tuh.
Hari ini sudah mulai seperti itu. Memang idealnya untuk sahur
itu disunnahkan diakhir waktu.
Tapi nggak di waktu injury time juga, hadeuh…
Seringnya rencana sudah disiapkan matang-matang untuk bangun
sahur, alarm disetel beruntun dimulai pukul 02:58 lanjut pukul 03:18 ditambah
lagi pukul 03:29 dengan nada alarm yang paling bising biar bisa menyiapkan
sahur dengan tenang tapi tetap aja terbangun saat beberapa menit menjelang
imsak.
Kadang untuk mengakalinya aku sengaja tidur dengan posisi yang
tidak nyaman. Dengan harapan tidurnya tidak terlalu pulas, jadi mudah
terbangunnya. Konyol sih idenya, tapi terbukti di aku. Manjur.
Tapi siangnya malah ngantuk hahaha
Dengan penuh dramatis pernah beberapa kali sahur di waktu
injury time, waktu diantara imsak menuju adzan subuh. Aku hanya punya waktu
maksimal 10 menit lagi. Dengan kondisi nyawa masih terkumpul setengahnya, mata
masih merem melek, kalau sudah begitu biasanya formasi andalanku di PES aku
gunakan, 4-4-2, empat kali dikunyah, dua kali telen.
Selesai menyantap sahur ketika sayup-sayup tarhim terdengar di
masjid. Nggak ada kumur-kumur, apalagi gosok gigi.
Bersyukur masih sempet sahur di waktu injury time seperti ini,
dengan berharap semoga mendapat sunnahnya dibanding tidak sahur.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Sahur Injury Time
Ingatan cokelat |
Day 129 of 366.
Masih belum inget bagaimana kisahnya dimulai. Secara nggak sadar di masa kayak gini yang ngapa-ngapain ‘from home’ jadi suka bersih - bersih. Mulai dari mandi 3 kadang 4x sehari, beresin kamar 3x4 ku, isi tas ransel, isi lemari, pesan masuk di handphone dan kontak yang tersimpan dari nomor yang tidak bernama sampai abjad ‘Z’.
Masih belum inget bagaimana kisahnya dimulai. Secara nggak sadar di masa kayak gini yang ngapa-ngapain ‘from home’ jadi suka bersih - bersih. Mulai dari mandi 3 kadang 4x sehari, beresin kamar 3x4 ku, isi tas ransel, isi lemari, pesan masuk di handphone dan kontak yang tersimpan dari nomor yang tidak bernama sampai abjad ‘Z’.
Nah, pas beresin kontak nyampe abjad ‘M’ sempat aku
berhenti lama. Nama kontak tertulis Monyet. Njuk tak eling-eling siapa sosok pemilik nomor
yang tersimpan di kontak hp pemberian bapakku karena mau mewakili menghadiri
hajatan, tahlilan di rumah tetangga. Kok iso-isone tak jenengi ‘Monyet’.
Karena susah bet orangnya kalo urusan nginget-nginget, aku beranikan
mengiriminya pesan singkat ‘Hi.. Ini ***** ya?’ ke kontak tersebut. Yahhh monyet keyboardnya rusak cuma muncul bintang-bintang gitu. Gapapalah tetep bisa baca kan? coba pake mata batin.
Tidak lama menunggu ada pesan masuk. Nyet fast respon banget!
Tidak lama menunggu ada pesan masuk. Nyet fast respon banget!
“Bukan, Kak! Kalau itu kan temen seangkatannya kakak.” Balasan
di pesan singkatnya.
Loh kok? Sontak aku kelingan.
Hhmm rasanya aku mulai mengetahui siapa pemilik kontak bernama Monyet di handphone
kado hajatan ini.
. . .
2012 yang diingat kembali,
Bel jam pelajaran terakhir barusan berbunyi sekaligus pertanda
jam pulang sekolah. Karena hari sabtu, semua murid tidak langsung pulang.
Mereka berkumpul di ektrakurikuler nya
masing-masing.
Kebiasaanku yang setiap ada kesempatan selalu nongkrong di
UKS, ntah jam istirahat/jam kosong/pulang sekolah, siang itu berbuah
keberuntungan. Sewaktu keluar dari ruang UKS aku melihat sosok yang kurasa di
kontak hp ku bernama Monyet itu sedang berkumpul di halaman sekolah dengan ekstrakurikuler yang dia ikuti.
“Halo... halo bandung!” teriakanku spontan.
“Hai, kak!” dia maen nyaut aja, kan aku lagi nyanyi.
Sambil mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya trus
menghampiri aku yang sedang membuang sampah permen karet di tong sampah depan
UKS.
“Kak, ini ada coklat buat kakak ya!” Dia nyodorin cokelat silverqueen dengan raut mukanya yang gumusss sambil menatapku. Hihhh jadi
pengen mbawa pulang, masukin tas 😄
“Loh buat aku?” pura-pura kaget, karena pura-pura bahagia ku tak mampu
“Terimakasih ya”, trus aku bengong, plonga-plongo. Nggak tau
kudu berbuat atau mengeluarkan kata apa lagi. Tapi, dalam hati mbatin sih kamu baik banget atau
sebetulnya kamu kasihan ngelihat mukaku yang nggak pernah ngincipi silverqueen.
Waktu itu aku penikmat coklat Fonnut gaes, tau kan Fonnut? Murahhhh!! 😂
Waktu itu aku penikmat coklat Fonnut gaes, tau kan Fonnut? Murahhhh!! 😂
Aku kagum kepadamu. Cokelat Fonnut!!!
Sampai sekarang aku belum tau apa udang dibalik cokelat silverqueen itu. Dan yoweslah aku biarkan menjadi tanda tanya aja. Kadang ada
hal yang lebih baik kita tidak perlu tau. Betul? Betul!
Btw, seingetku silverqueen nggak langsung aku makan. Aku simpen berhari-hari, makannya pun segigit-segigit nggak langsung dilahap seharian gitu. Biar serasa ditemenin dia terus pikirku hahaha. kocak!
. . .
-SEEYOUU
When I See You (*)
Cokelat Paling Diingat
Day 128 of 366.
Seperti biasa, mungkin juga dialami anak-anak lain seperti
aku. Sosok yang paling ditakuti di dalam keluarga adalah bapak. Soal ini kalian
bisa sepakat dengan aku, bisa juga tidak. Karena memang tidak ada ketetapan
pasti perihal harus siapa yang paling ditakuti di dalam struktur organisasi
keluarga.
Sangat jarang sekali aku melakukan percakapan dengan bapak
untuk urusan apapun, apalagi yang receh-receh semacam ngobrolin apa sih bedanya
warna merah fanta sama magenta.
Untuk urusan yang lebih strategis dan taktis. Aku lebih memilih
mewakilkan suaraku ke ibu dewan parlemen, ibuku maksudnya, ketimbang
membicarakan langsung ke bapak. Kecuali, kalau mendapat surat panggilan langsung
untuk bicara, aku baru berbincang langsung dengan bapak. Ya, sejarang itu
ngobrol sama bapak.
Mungkin karena sejak kesan pertama aku dengan bapak adalah beliau
sosok yang nggak banyak bicara, terlihat kereng,
keputusannya sudah pasti final sangat mustahil bisa dinego.
Walaupun begitu, sedikit banyak, bapak memiliki andil yang
besar dalam meng-influence-ku hingga
aku ada dititik saat ini.
Bapak itu nggak mau nyama-nyamain sosoknya dengan anaknya. Karena
bapak tidak sekolah dengan baik. Tidak sekolah dengan baik itu karena
kesempatan bapak waktu itu berbeda dengan keadaan seperti aku sekarang ini.
Dulu sodaranya bapak itu banyak, zaman setelah perang, mau sekolah itu sudah. Ada
uang yang cukup buat makan aja dah seneng. Makanya dulu itu bisa sekolah adalah
sebuah idaman.
Bapak pernah bercerita begitu. Makanya begitu punya anak,
anaknya disuruh sekolah sing tenanan,
biar nggak susah kayak bapakmu, le. Bapak itu bilangnya kowe kudu iso lebih,
ketimbang orantuamu.
Aku memang nggak mau jadi bapak, jalan hidupnya itu beda
banget dengan aku. Tapi beliau adalah idola yang sukses memberikan referensi
yang bagus untuk anak-anaknya. Bapak nggak selalu memberikan contoh yang bagus
karena ya bapakku juga manusia yang tak luput dari salah. Tapi sebagai idola, beliau
seorang yang fatherhood, terus bisa memberikan referensi yang bagus bagi
anak-anaknya dan membiarkan anaknya tumbuh belajar tanpa paksaan dengan caranya
sendiri.
Bukan untuk menjadi seperti keinginannya, tapi menjadi diriku sendiri.
Bukan untuk menjadi seperti keinginannya, tapi menjadi diriku sendiri.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Belajar Pada Bapak
Day 127 of 366.
Lengannya penuh dengan tattoo, telinganya dipersing. Jawab
jujur apa yang pertama kali dipikiran mu?
“Orang bertattoo mah
bukan orang baik-baik pasti, preman, pasti nganggur!”
Begitu?
Kalau itu yang melintas di pikiran saat ngeliat objek seperti yang
diatas, cuma mau bertanya, kenapa sih harus berburuk sangka ke orang yang tidak
sama dengan normalnya kita? Tapi kalau di pikiran yang melintas adalah hal-hal
positif soal itu, syukurlah. Berbaik sangka nggak nambah dosa.
Lama sudah aku ada di lingkungan dengan objek yang ada di awal
kalimat tulisan ini. Orang yang lengannya penuh tattoo itu tidak ada
jahat-jahatnya, tidak ada preman-premannya.
Seorang seniman super kreatif yang karyanya sudah dinikmati jutaan orang, movementnya untuk memberdayakan yang ada disekitarnya selalu jalan dan tak jarang justru didukung banyak pihak, membuka sekolah gratis untuk teman-teman yang tidak bisa ditampung minatnya oleh pendidikan pemerintah, memberikan semua ilmunya tanpa memberi lembar ijazah. Dia berkarya dan menjual karyanya bukan dari merugikan atau menyakiti orang lain.
Seorang seniman super kreatif yang karyanya sudah dinikmati jutaan orang, movementnya untuk memberdayakan yang ada disekitarnya selalu jalan dan tak jarang justru didukung banyak pihak, membuka sekolah gratis untuk teman-teman yang tidak bisa ditampung minatnya oleh pendidikan pemerintah, memberikan semua ilmunya tanpa memberi lembar ijazah. Dia berkarya dan menjual karyanya bukan dari merugikan atau menyakiti orang lain.
Malu nggak udah mikir yang aneh-aneh?
Kadang gregeten sama
secuil orang yang bisa-bisanya membenci, menghina, merendahkan, dan
berprasangka buruk ke orang lain padahal belum pernah ketemu apalagi kenal
secara langsung sama orang yang mereka benci, mereka hina, mereka rendahkan.
Untuk kamu yang dibenci sama secuil orang yang bener-bener belum kenal kamu, diemin aja orang-orang kayak gitu. Nanti kalau tau kenyataannya bahwa asumsi dia ternyata terbukti nggak benar, dia bakal malu sendiri.
Untuk kamu yang dibenci sama secuil orang yang bener-bener belum kenal kamu, diemin aja orang-orang kayak gitu. Nanti kalau tau kenyataannya bahwa asumsi dia ternyata terbukti nggak benar, dia bakal malu sendiri.
Prasangka manusia itu ada dua jenisnya. Prasangka baik a.k.a
khusnudzon dan prasangka buruk a.k.a su’udzon. Semoga kita termasuk orang-orang
yang sering khusnudzon ketimbang su’udzon kepada setiap bab.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Prasangka
Mereka dibilang bermuka manis berjiwa sadis
Bicara sinis seakan rasis
Rasis akan ras - ras pengeruk hak orang lain
Rasis akan ras perebut paksa mimpi orang lain
Rasis akan ras – ras bengis
Orang – orang idealis..
Orang bilang cuma sok puitis, esay-ist
Pemimpi yang pengen dibilang artis
Orang – orang idealis
Bukan radikalis
Orang – orang idealis
Tidak berdiri sebagai pemenang digaris finish
Namun berdiri digaris hati nuraninya sendiri
Orang – orang idealis
Bukan impian masyarakat
Bukan pengikut opini masyarakat
Bukan pemilih iya atau tidak
Boleh atau bukan
Benar atau salah
Orang – orang idealis
Tidak meringis bak pengemis
Saat pendapatnya diiris – iris
Menjadi bagian yang separuhnya harus mengangini
Peraturan munafik
Dan separuh lainnya harus menurut pada pandangan
Masyarakat kebanyakan
Orang – orang idealis
Masih berdiri di garis finish
Dimana semua berakhir sesuai hati nuraninya
Jadi dirinya sendiri
. . .
. . .
Day 126 of 366.
Idealis
Langganan:
Postingan
(
Atom
)