Berprinsip Menahan




Day 134 of 366.

Selamam lagi-lagi tranding soal nominal uang di platform twitter. Gaji 20jt, sempat bertengger di posisi satu tranding topik. Akar sumbernya cuitan tersebut sebetulnya bukan dari tweet asli akun warga twitter melainkan tangkapan layar dari sebuah grub di Facebook.

Tweet itu menyebar dengan kecepatan cahaya dan mendapat reply yang heterogen sekali.

Dari tangkapan layar yang berisi curhatan Si Fulan bergaji 20jt ini menuturkan kalau dia sebagai rakyat kecil memohon bantuan kepada pemerintah untuk segera mengucurkan bansos sebagai haknya.

Hey Anda, kalau bergaji 20jt per bulannya teriak rakyat kecil. Lalu, mereka-mereka yang kalau nggak keluar rumah nggak bisa makan apa dong? Rakyat tak kasat mata? Rakyat nano? Rakyat atom?

Lanjut ke curhatan Si Fulan, dia menuturkan kalau di masa pandemi covid-19 ini hanya mendapat gaji separo dari biasanya. Dengan gaji segitu dia mengaku tidak cukup untuk makan istri dan anaknya. Apalagi harus membayar cicilan mobil 4.5jt/bulan dan KPR 5jt/bulan.

Inilah ajaran dari bapak ku yang baru aku mengerti. Bapak dari dulu sekali sangat anti dengan yang namanya cicilan, bapakku akan membeli saat beliau sudah ada uang yang sesuai dengan harga yang akan dibelinya.

Lah gimana kalau darurat harus dibelinya saat itu juga?

Beliau sudah paham betul, bung. Memikirkan sampai situ. Ketika aku bertanya soal prinsipnya yang satu ini, le duwe dituku, le raduwe meneng.

Maksudnya kalau ada uangnya ya dibeli aja, kalau nggak ada yaudah nggak usah dibeli, kumpulin dulu uang biar bisa dibeli. Kalau punya keinginan untuk beli ya kerja keras & nabung. Gitu katanya.

Sangat sulit bukan prinsip kayak gini buat dipake pada kehidupan Indonesia empat titik nol?

Aku sangat beruntung jadi anaknya.

Nggak banyak orang sih yang bisa berprinsip seperti itu(mungkin)dan wajar aja kok nggak salah bagi yang tetep mau ngambil cicilan.

Dari tweet yang mencuitkan curhatan Si Fulan ini juga ada yang mereply dengan memberi tips alokasi ideal penghasilan bulanan dengan cara simple menggunakan metode 40,30,20,10.

Jadi, dari pendapatan keseluruhan setiap bulan disisihkan 40% untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, 30% dari dana untuk cicilan dan tagihan, 20% sebagai tabungan atau simpanan dana darurat, 10% nya untuk hal-hal kebaikan. Bisa untuk amal, infaq, bagi-bagi wishkas dengan kucing-kucing jalanan, dan sedekah lainnya.

Tapi ini bukan pakem kok.

Misal mau kasih ke orangtua setiap bulannya dan nggak ada cicilan. Bisa diterapinnya 40% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk tabungan, 20% ke orangtua, 10% untuk hal baik lainnya. Metode 40,30,20,10 bisa dialokasikan sendiri tergantung pendapatan dan pengeluaran masing-masing. Fleksibel aja.



-SEEYOUU
When I See You (*)
5 komentar

5 komentar :

  1. Tren saya di twitter lokasinya diganti jadi Jepang, pusing ngeliat tt Indo semenjak banyak buzzer. Tapi soal topik ini berseliweran juga di timeline saya, dan kayaknya yg kayak gini udah sering diulang-ulang. Kalau diperhatiin juga, sebenarnya ini berlakunya buat kelas menengah Jakarta doang, ga bisa plek diaplikasiin ke semua orang. Saya juga diajarin sama bapak mamah juga begini, mending nabung dulu sampai uang kekumpul ketimbang pake cicilan/kredit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah menarik, trending di Jepang apa aja?

      Hapus
  2. Sama dong prinsipku sm bapak salam hormat utk beliau. Smoga km bisa menirunya mas :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Dipersilakan kotori kolom komentarnya.
Terserah mau komen apa, tapi harus sopan ya!