Day 138 of 366.
Dengan keadaan yang kayak gini tingkat disiplinnya
masing-masing kita akan terlihat. Semua lini kehidupan juga sedang tidak
baik-baik saja, banyak orang memperjuangkan banyak hal yang sama untuk tetap
bertahan di tengah pandemi. Namun mungkin berbeda cara.
Disiplin dalam mencuci tangan dan menggunakan masker serta
menjaga jarak itu yang utama.
Yang satunya memperjuangkan hal tersebut. Namun yang satunya tidak
sedikit juga yang acuh.
Bukan apa-apa.
Kadang masalahnya mereka yang tak acuh dengan disiplin
ini adalah mereka yang(mungkin)berpengaruh. Influencer, kalau kata anak
milenial.
Kalau berpengaruh, tentu mereka punya pengikut dan kebanyakan
pengikutnya itu pasti anak-anak muda dong. Nggak mungkin kan generasi 60-an. Anak-anak
muda itu generasi penerus bangsa.
Kalau pengikut sudah mengidolakan sudah bukan barang sulit
untuk tidak mengaminkan dan percaya apa kata idolanya. Nah fatalnya, ada sang
idola ini mengacuhkan bab cuci tangan.
Ia mengingkari guru-guru Paud dan TK yang menanamkan perilaku
hidup bersih dan sehat, salah satu yang paling populer yakni dengan mencuci
tangan sebelum makan. Apalagi ucapannya tersebut dia lontarkan di tengah
kondisi yang seperti saat ini.
Sudah tentu mendapat banyak respon menohok dari berbagai
kalangan publik.
Aneh ya kenapa yang seperti ini malah viral, bukankah harusnya
tutorial mencuci tangan pakai sabun sambil menyanyi happy birthday to you?
-SEEYOUU
When I See You (*)
Bebal
Day 137 of 366.
Tujuh tahun lebih enam belas hari.
Kamu hilang bersama aku yang memimpikanmu di setiap tidur
malam.
Biasanya kamu duduk di pojok bangku restoran sambil membaca
buku-buku kedokteran. Itu sudah kesukaanmu.
Kamu biarkan padahal sedang berhadap-hadapan. Seolah sengaja memberiku
ruang agar puas memandang. Lantas tertawa lucu dengan lesung pipi yang menawan.
Minumanmu mulai dingin, udaranya juga.
Keadaan sedang tidak baik-baik saja, kamu masih tetap datang
seolah-olah ingin menantang.
Kamu bilang angin kencang dan hujan bukanlah lawan. Pun badanmu
basah kuyup dan kedinginan.
Memang sulit membuatmu menghapuskan cerita yang tak tuntas
berjalan. Tetapi lebih sulit lagi memintamu menghancurkan harapan tentang masa
depan yang di dalamnya ada kita.
Untuk apa? / Untuk apa?
Yang kamu tunggu sudah bilang tak mungkin pulang.
Bintang di langit malam itu cantik, tetapi hujan sukses
membuatku kirik.
Pada hari kamu tidak terlihat dalam radar, risau kian utuh dan
berdebar ke ntah yang berapa juta kalinya.
Selamat sukses membuatku tersenyum bersama luka. Letih dalam rasa yang masih sama dan mungkin ini memang saatnya.
Tujuh tahun lebih enam belas hari dan akan tetap merindukanmu.
Selalu.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Enam Belas Hari
Day 136 of 366.
Di bawah gelapnya langit Jakarta, aku tulis untuk
seorang yang sering aku panggil ‘Hey Kamu’.
Mungkin hari ini atau nanti, aku akan sedikit merasakan sesal
yang terlambat ku sadari. Tetapi sesal ini bukan karena kamu, melainkan sesalku karena
banyak waktu yang ku buang untuk dia agar bersamaku.
Tenang saja. Aku tidak akan minta balasan darimu barang
sedikit atau hampir menyamai apa yang sudah aku lalui.
Perhatian, kepedulian serta perasaan-perasaan yang rumit.
Lagian aku juga sudah berjanji untuk selalu menemani walaupun
tak bisa jamin untuk menetap disisi. Iya, biarkan ini berjalan semestinya, toh aku sudah sampaikan
dan kamu mengaminkan.
Jika kelak ku bukan aku mu, semoga kamu selalu tetap bisa bahagia,
ya.
Kokohkan tulang punggungmu, kuatkan pijakanmu, dan jadilah
tulang rusuk untuk melengkapinya. Semoga dengannya menjadikan kamu terbaik bagimu, baginya, dan
mereka serta akan menua dalam bahagia.
Aku akan baik-baik saja.
Aku harap dia sejatimu akan membantumu dan menyayangimu. Akan terus
bersama disisimu lebih baik dan lebih banyak daripada aku.
Karena bagiku kebaikan dan kebahagian untuk kamu harus nyata
bukan fana semata.
Dari yang sering kamu panggil,
aku.
Dari yang sering kamu panggil,
aku.
. . .
-SEEYOUU
When I See You (*)
Tulisan Untuk Kamu
Day 135 of 366.
Nyatanya melakukan video grub call dengan semua anggotanya
cowok itu nggak aneh kok.
Aku selalu dikelilingi teman-teman yang untungnya baik-baik
orangnya. Rejekiku. Ada teman dimana-mana, guyon-guyon bareng bisa, melewati
hari-hari selalu cerah, penuh senyum dan tawa. Menganggap semua enteng seperti
tanpa beban, begitu kata kebanyakan teman yang memperhatikanku.
Aku beruntung bisa punya teman-teman yang seperti itu.
Menjadikan keluarga kedua ketika aku jauh dari keluarga intiku.
Malam ini misalnya, mereka beramai-ramai menghubungiku untuk sekedar
berhaha-hihi melalui sambungan video grub call. Banyak sekali yang diobrolin,
mulai dari kim jong un, inflasi dunia, nilai tukar rupiah, bupati klaten,
sampai serial kapten Ri loh! Eh nggak deng, boong 😁
Teman-temanku yang di Soekamtiland, Yogyakarta ternyata selama
Ramadan ini mereka menyuplai makanan sendiri, akibat jalan-jalan dan gang-gang disana
pada ditutupin katanya. Sedang didownload eh Lockdown.
Jadi, mereka membuat jadwal masak untuk berbuka dan sahur
secara bergilir. Mereka memanfaatkan pantry
yang ada disana untuk diberdayakan menjadi dapur umum yang digunakan untuk
memasak 60-an porsi setiap jam berbuka puasa dan sahur. Sayang sekali, aku
tidak dapat ikut mencicipi masakan chef-chef
lulusan Yutub dan TikTok ini. sedih.
Selain itu mereka juga bilang kalau ngantuk katanya obatnya
cuma satu, tidur. Lagi-lagi aku dapat info berfaedah yang tidak kuduga dari
mereka malam ini.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Sepi Bersama
Day 134 of 366.
Selamam lagi-lagi tranding soal nominal uang di platform
twitter. Gaji 20jt, sempat bertengger di posisi satu tranding topik. Akar sumbernya
cuitan tersebut sebetulnya bukan dari tweet asli akun warga twitter melainkan tangkapan
layar dari sebuah grub di Facebook.
Tweet itu menyebar dengan kecepatan cahaya dan mendapat reply
yang heterogen sekali.
Dari tangkapan layar yang berisi curhatan Si Fulan bergaji
20jt ini menuturkan kalau dia sebagai rakyat kecil memohon bantuan kepada
pemerintah untuk segera mengucurkan bansos sebagai haknya.
Hey Anda, kalau bergaji 20jt per bulannya teriak rakyat kecil.
Lalu, mereka-mereka yang kalau nggak keluar rumah nggak bisa makan apa dong? Rakyat
tak kasat mata? Rakyat nano? Rakyat atom?
Lanjut ke curhatan Si Fulan, dia menuturkan kalau di masa
pandemi covid-19 ini hanya mendapat gaji separo dari biasanya. Dengan gaji
segitu dia mengaku tidak cukup untuk makan istri dan anaknya. Apalagi harus
membayar cicilan mobil 4.5jt/bulan dan KPR 5jt/bulan.
Inilah ajaran dari bapak ku yang baru aku mengerti. Bapak dari
dulu sekali sangat anti dengan yang namanya cicilan, bapakku akan membeli saat
beliau sudah ada uang yang sesuai dengan harga yang akan dibelinya.
Lah gimana kalau darurat harus dibelinya saat itu juga?
Beliau sudah paham betul, bung. Memikirkan sampai situ. Ketika
aku bertanya soal prinsipnya yang satu ini, le
duwe dituku, le raduwe meneng.
Maksudnya kalau ada uangnya ya dibeli aja, kalau nggak ada
yaudah nggak usah dibeli, kumpulin dulu uang biar bisa dibeli. Kalau punya
keinginan untuk beli ya kerja keras & nabung. Gitu katanya.
Sangat sulit bukan prinsip kayak gini buat dipake pada
kehidupan Indonesia empat titik nol?
Aku sangat beruntung jadi anaknya.
Nggak banyak orang sih yang bisa berprinsip seperti itu(mungkin)dan
wajar aja kok nggak salah bagi yang tetep mau ngambil cicilan.
Dari tweet yang mencuitkan curhatan Si Fulan ini juga ada yang
mereply dengan memberi tips alokasi ideal penghasilan bulanan dengan cara
simple menggunakan metode 40,30,20,10.
Jadi, dari pendapatan keseluruhan setiap bulan disisihkan 40%
untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, 30% dari dana untuk cicilan dan
tagihan, 20% sebagai tabungan atau simpanan dana darurat, 10% nya untuk hal-hal
kebaikan. Bisa untuk amal, infaq, bagi-bagi wishkas dengan
kucing-kucing jalanan, dan sedekah lainnya.
Tapi ini bukan pakem kok.
Misal mau kasih ke orangtua setiap bulannya dan nggak ada
cicilan. Bisa diterapinnya 40% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk tabungan, 20%
ke orangtua, 10% untuk hal baik lainnya. Metode 40,30,20,10 bisa dialokasikan
sendiri tergantung pendapatan dan pengeluaran masing-masing. Fleksibel aja.
-SEEYOUU
When I See You (*)
Berprinsip Menahan
Waktu aku berjuang dan bermimpi dari semua hal yang aku
inginkan dalam hidup adalah yang terbaik. Saat itulah aku merasa ikatan antara
kita dan kekuatan kita melawan pandangan kita.
Menyelip dunia dan merangsang kita. Mari kita memilas diri
kita. Menjadi seperti bagaimana kita seharusnya. Masa depan bisa ditemukan
dijalan kita.
Temanku percaya hal yang berbeda dari ku.
RIVAL dan TEMAN!
Kami bangga memberontak. Aku melakukan apa yang hati
perintahkan. Apapun yang terjadi, aku siap!
Aku bangga memiliki hati yang keras untuk berlari ke atas,
sekarang inilah pilihanku. Apa yang aku sukai dan yang ingin kulakukan, aku
tidak tahu apakah besok akan sama.
Tapi aku tahu besok kita akan melakukan yang terbaik untuk
mendapatkannya.
-SEEYOUU
When
I See You (*)Kemauan, Tulisan Pendek
Langganan:
Postingan
(
Atom
)