Day 123 of 366.

Kita tidak pernah sama lagi. Kala bangun pagi bergegas ke kamar mandi lalu beberes dan tergesa-gesa. Karena jam sudah menunjuk pukul 07:18, belum lagi ditambahi pikiran ‘duh jalanannya macet parah nggak ya hari ini’.

Pukul 8:00 dispensasi 15 menit sudah harus mendengar mbak-mbak bernada aneh bilang ‘Terimakasih’ dari mesin absensi jika tidak mau sepanjang hari tersebut dihantui ketidak tenangan.

Kita tidak pernah sama lagi, ya

Sudah lima minggu lebih aku di kamar kost aja karena kantor memberlakukan Working From Home atau wfh. Mulanya cuma sampai dua minggu saja, tapi kemudian diperpanjang dua minggu lagi alias sampai pertengahan April kemarin, dan diperpanjang lagi sampai belum tau sampai kapan.

Sebagian besar orang berdiam di rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah di rumah selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan sampai hari ini dan dipaksa beradaptasi dengan hal baru itu.

Perubahan kebiasaan sehari-hari itu disertai juga rasa kewas-wasan. Gimana tidak was-was, wong tiap hari seperti dibercandain sama hidup. Kadang dapat berita baik, kadang dapat berita buruk. Tidak sedikit kabar miring, negatif, menakuti dikoarkan media menstrim sehingga jadi kabar lurus yang (seolah)normal. Tidak banyak juga kabar baik, positif, menenangkan di gerilyakan media undergron.

Hari ini bisa tenang, eh besoknya dibikin gundah lagi.

Siang tadi aku ketiduran bangun-bangun bingung sekarang jam berapa, ya. Mau minum air takut belum waktunya jam buka, ngecek handphone ternyata mati kehabisan baterai, dengan sedikit sadar kuputuskan merem lagi.

Sadar atau tidak, pandemi ini telah mengubah cara berpikir dan berprilaku individu. Perlahan tapi pasti pandemi membentuk Normal(yang)Baru.

 . . .



-SEEYOUU
When I See You (*) 

Normal(yang)Baru




Day 122 of 366.

Selamat sampai di Mei, ya

Terimakasih untuk setiap hari terus berlatih mengolah berbagai macam emosi. Berlatih untuk berani menerima akan banyak hal tanpa mengecilkan dan menolak akan hal untuk yang bukan diporsikan.

Hebat! selama ini masih terus bertahan. Bergerak tumbuh bersama untuk berlatih terus memberi, mengasihi. Tidak mendaftar yang terbilang dengan pamrih, diiringi dengki.

Semua tidak gampang, tapi itu sudah kamu lakukan. Dengan tetap tidak berhenti untuk berlatih memeroses, membulatkan kemudian memutuskan, berlaku dan berpikir jujur, tidak berhenti latihan untuk bilang maaf, tolong, terimakasih.


Tetaplah seperti ini, ya. Terimakasih sudah berjuang sampai saat ini.


. . .




-SEEYOUU
When I See You (*)

Catatan


Source image: selular.id

Kemarin, setelah mandi, dah ganteng dan bersiap berburu stok pangan untuk memenuhi nutrisi selama karantina, dapat broadcast-an di GWA kost-an, isinya informasi kalo Kementrian Kominfo dan Kementrian BUMN telah berkolaborasi guna mendevelop sebuah aplikasi untuk tracing, tracking, dan fencing. Aplikasi salah satu ikhtiar yang dikembangkan guna memutus rantai penyebaran dan mencegah pandemi covid-19 di Indonesia.

Karena penasaran gimana cara kerjanya dan gimana model aplikasinya, aku langsung meluncur cek ke playstore, karena daku pengguna android. Dan ternyata udah ada di playstore loh! Coba untuk pengguna iPhone ntar infoin ya udah ada di AppStore apa belum. Aku mau ngecek tapi gapunya iPhone :). Oiya, search di playstore dengan keyword,


PeduliLindungi


Nah, setelah berhasil nginstall aku langsung coba buka aplikasinya. Muncul flashscreen nya, terus ada pengenalan singkat si aplikasinya dengan fitur-fiturnya. Kalo udah dibaca dengan seksama langsung pencet ‘Jadi Partisipan’ aja.

        




Dan iyak betul, aplikasi ini akan bekerja sangat powerfull jika kita masing-masing saling bekerjasama. Saling peduli dan partisipasi masing-masing kita untuk saling membagikan data lokasinya saat bepergian keluar rumah.

         
Screen login

Nah, setelah itu diarahkan buat ngisi nama lengkap masing-masing dan nomor handphone yang aktif ya, jangan yang dalam masa tenggang. Kalo udah lengkap ngisinya pencet tombol ‘Kirim OTP’, ntar lanjut ke screen verifikasi OTP terus kalo udah masukin one-time password nya pencet Tombol Verifikasi.
          
Screen verifikasi

Screen persetujuan, ada tiga point penting yang perlu dibaca dan dipahami dengan saksama. Kemudian kalau udah setuju, pencet tombol ‘Saya Setuju’.
          
Screen persetujuan

Lalu izinkan aplikasi untuk mengakses bluetooth dan akses lokasi dengan mengaktifkan gps. Ketika ada gawai lain yang terdaftar di sistem PeduliLindungi maka akan ada pertukaran id anonim yang akan direkam oleh masing-masing gawai tersebut.
          
Nofication

Pastikan keluar kaya gitu di notif nya, itu bearti aplikasinya sedang running.
          
Screen home

Ini tampilan screen home nya. Ada keterangan update terakhir dengan warna hijau kalo sedang di tempat yang aman.

Setelah mengeksplore PeduliLindungi, aku melanjutkan jihad untuk berburu stok pangan ke luar dengan starter pack lengkap. Topi, jaket, celana panjang, masker.

Pas di tempat belanjaan, sambil nunggu mbak kasir nge-scan barang belanjaan, aku buka handphone lalu muncul gini,
          
Red zone alert

Yak si PeduliLindungi ngasih tau kalo aku sedang berada di zona merah, terus kalo udah sekitar 30 menitan di tempat yang masuk zona merah aplikasi ini akan ngasih tau lagi. Cakep!

Terimakasih developer dan tim.



-SEEYOUU
When I See You (*)

Peduli, Lindungi



Tertidur di kelas difoto temen @faizbnwpic

Saat tulisan ini diketik semua masyarakat sedang berada dalam karantina mandiri karena berlakunya psbb akibat pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Hari ini jumat, bertepatan dengan hari libur Jumat Agung. Aku seharian tidak bisa beranjak lepas dari tempat tidur. Sesekali tersadar tapi pengen merem terus terusan, bukan tanpa alasan.

Aku orang yang pendiam, itu yang aku rasa. Sebagian besar orang-orang di lingkungan ku sepakat begitu juga. Kata orang-orang enak kalau jadi orang yang pendiam sepertiku. Banyak hal yang bisa dipikirin dan dirasakan tanpa ada konflik dengan yang lain.

Ya, hal yang biasa bagiku sampe 10 tahun mungkin, tapi semakin kesini kerasa juga, capek.

Hhmm, emang aku nggak terbiasa terbuka dan cerita kepada orang lain. Juga dengan orangtua sendiri. Setiap masalah ya akan menjadi masalahku sendiri, bisa jadi aku selesein atau kabur menjauh dari hal itu. Hari-hari seperti itu rasanya selalu panjang, rasanya selalu tenggelam disaat orang-orang lain hanya ngeliat biasa aja. Seakan baik-baik aja.

Terkadang aku nggak bisa beranjak dari kasur tanpa ada pemantik yang membawaku kuat untuk berdiri dan keluar beranjak dari tempat tidur. Di hari tersebut itu rasanya sudah nggak ada artinya, yang dipikirkan cuma pengen sudah. Mati.

Dan menjalani hari cuma dengan pikiran “yang penting hari ini terlalui”. Udah gitu aja.

Rasa sesak yang sudah berlarut-larut dirasain lama-lama menjadi biasa. Mentoleransi rasa resah cuma agar terlihat normal di hadapan orang lain. Dipaksa dan diharap selalu ‘baik-baik saja’ oleh semuanya. Di saat sebenarnya sedang teriak-teriak di dalam kepala dan pengen gebuk-gebukin muka sendiri, jambakin rambut, dan nangis-nangis sendiri.


YA TUHAN, CAPEK BANGET!


Kalau melihat ke belakang dan melihat atas semua hal yang aku lakuin agar terlihat ‘normal’. Aku akan mengaku, aku sakit hati. Nutup-nutupin banyak hal dan seolah sedang tidak ada apa-apa.

Umb, akhir tahun lalu akhirnya aku mencapai titik dimana aku memberanikan bercerita ke orangtuku dan mencoba seada-adanya.

Aku bercerita, di hadapanku bapak dan di samping kananku ibu. Di tengah bercerita suaraku mengecil dengan sendirinya, aku nggak mampu untuk mengeluarkannya lebih keras lagi, sampai bapak harus mendekatkan telinganya tepat di dekat bibirku agar bisa mendengar lanjutan ceritaku.

Disitu ibu mendekapku, memeluk dan dia bilang,
“Pancen gung wayahmu, le. Sok lek wes wayahmu yo teko”




-SEEYOUU
When I See You

Jumat Agung




Dunia blogging gak seramai dulu, ya

Menurutku, Revolusi Industri 4.0 memengaruhi cara pandang orang yang mulai 'melek' sebagai individu dalam menyampaikan suatu informasi. Setiap kamu secara tidak sadar menjadi otomatis sebagai jalan tol akan peredaran informasi yang sangat pesat. Misalnya di twitter, dalam hitungan menit saja bisa dengan begitu cepat mendistribusikan sebuah tweet menjadi Trending Topic.

Kabar baiknya,

Setiap konten yang berhubungan dengan seorang individu ( profil blog / nama akun media sosial kamu ) bisa menjadi Curriculum Vitae.

Yup!, Minimal nama kamu harus muncul di hasil pencarian search engine google(dot)com atas query nama seseorang. Jadi, siapapun di dunia ini yang membutuhkan sentuhan maupun karyamu dapat dengan mudah mengontak dan bekerjasama.

Baca juga: Podcast, Masa Depan Konten


Dan sebagai pada umumnya Curriculum Vitae yang di dalamnya tertuliskan apa saja yang pernah dilakukan. Dengan ngeblog disertai kenyeh di platform media sosial dan media blogging, memberikan kamu kemungkinan untuk memperoleh Curriculum Vitae yang memuaskan.

Soalnya medium tersebut akan mengkonfirmasi siapa sebenarnya kamu? Apa karya kamu selama ini? de el el…

Itu salah satunya manfaat kenapa harus nyata di dunia maya. Mulai aja dulu menjadi nyata di dunia maya dengan nge-Blog. Mungkin ada pada saatnya nanti menulis Curriculum Vitae untuk melamar anak orang pekerjaan, tidak diharuskan lagi ditulis lalu diprint. Melainkan hanya dimintai alamat Blog atau media sosial aja.

Bisa saja kan?

Gimana menurut kamu? Ayo berbagi di kolom komentar yuk!


-SEEYOUU
When I See You (*)

Ngeblog, Masih Jamankah?


Indonesia bagian timur memang selalu menjadi tujuan plesir impianku yang belum keturutan sama sekali. Salah satunya yakni Alor. Aku pun juga ngga tau Alor itu apa dan seperti apa sebelumnya. Sampai denger seorang teman bercerita, katanya Alor tuh indah nan elok, udah gitu aja. Lalu ya aku gunakan teknologi bernama Google untuk mencari tau Alor.

Sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang berbentuk kepulauan. Selain mempunyai keindahan alam yang dapat dilihat langsung pada daratannya,  ternyata juga memiliki keindahan alam bawah laut yang sungguh memesona. Ikan-ikan langka yang indah, karang dan tumbuhan laut.

Banyak jalan menuju Alor. Buat aku yang belum pernah ngerasain naik pesawat. Pilihan pertama tentu dengan terbang dari Jogja menuju Bandara El Tari Kupang. Nyampe Bandara El Tari, lanjut terbang lagi pake pesawat Wings Air menuju Bandara Mali di Alor. Penerbangan dari Kupang ke Alor kurang lebih 60 menit, dengan harga tiketnya Rp494.000/org sekali jalan. Bukan pada musim liburan lo ya a.k.a pada ngga saat peak season.

Pilihan transportasi lain menuju ke Alor, bagi yang ngga suka terbang dan menyukai perjalanan laut, yaitu dengan menggunakan kapal PELNI dari pelabuhan Kupang menuju Kalabahi Alor dengan durasi perjalanan kurang lebih 15 jam.

Kalo udah menginjakkan kaki di Alor, buat mengeksplore bisa langsung menyewa motor atau mobil. Tentu menyewa kapal akan lebih asyik untuk menjelajahi antar pulaunya yang punya keindahan masing-masing. Masalah akomodasi ngga usah khawatir, di Alor udah banyak ditemui hotel mahal sampe yang budget-able. Tapi aku lebih tertarik menginap di Marangki Kepa sih, yang bisa dipesen via whatsapp langsung. Nih nomor whatsapp nya +6281236200040.

Penginapannya tuh berupa bungalow bergaya tradisional yang dibangun dengan arsitektur kayu lokal disini, beratapkan jerami dan dikelilingi pohon Bania. Lokasinya yang dikelilingi pantai benar-benar menciptakan suasana yang menawan dengan berkonsep eco friendly. Harga per harinya Rp550.000 untuk hunian tunggal. Dalamnya lengkap dengan kamar mandi shower dan double size bed. Plus mendapat makan 3 kali sehari, air mineral, teh, serta kopi yang selalu tersedia di ruang makannya. Keren banget men!
          
photo by marangkialor.id
Bungalow di Merangki Kepa 
Baiklah. Berikut ini tempat-tempat yang nanti bakalan bisa dieksplore kalo nyampe di Alor.

PANTAI-PANTAI NAN CANTIK

Jadi karena Alor merupakan kabupaten yang berupa kepulauan sudah tentu memiliki banyak pantai. Tapi pantai disini tuh indah-indah. Ngga ada yang ngecewain. Pasirnya putih, airnya jernih banget, panorama pantai yang sangat cantik bikin mata ngga mau berkedip. Beberapa pantai tersebut yakni Pantai Maimol, Pantai Ling’al, Pantai Batu Putih, Pantai Kokar dan Pantai Mali.

Datang ke pantai ini di saat sunrise adalah waktu yang sangat tepat. Mulai langit masih gelap menuju waktu matahari terbit. Saat matahari mulai menyemburatkan warna jingga menghiasi langit ufuk timur. Wow!

BARUNA’S SITE DIVE AT ALOR

Alor memiliki kehidupan bawah laut yang luar biasa cantik sehingga membuat para pecinta diving tergila-gila pada alam bawah lautnya. Kurang lebih terdapat 18 titik selam yang disebut Baruna’s Site Dive at Alor. Bahkan taman laut Alor disebut-sebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

WISATA SITUS BUDAYA

Sebuah desa adat bernama Desa Adat Takpala cocok buat plesiran mengenal budaya daerah dari suku asli penghuni Alor. Di desa ini, pelancong bisa mengenal secara dekat adat istiadat suku Abui, suku mayoritas di Alor. Pengalaman lainnya, juga bisa mencoba langsung mengenakan pakaian adat berupa kain tenun yang ditenun sendiri oleh para wanita di desa ini.

Lalu, ke Museum 1000 Moko yang konon katanya merupakan benda yang mewakili kebudayaan masyarakat Alor sebagai benda bernilai tinggi. Museum 1000 Moko menyimpan benda-benda lawas seperti tenun kuno, gerabah, peralatan nelayan jaman dulu dan moko berbentuk tambur dengan selaput suara dari logam.

Di Alor juga terdapat kitab suci, Quran, tertua di Asia Tenggara. Kitab suci yang dibuat dari kayu dengan tulisan tangan ini peninggalan kesultanan Ternate yang membawa Islam masuk ke Alor pada tahun 1519 Masehi.

WISATA ALAM

Sudah sekian lama ngga bermain di air panas. Ntar pas di Alor mau blusukan ke Mata Air Tuti Adagae. Katanya disini menarik, soalnya bentuk sumber air panasnya unik. Air panasnya keluar dari onggokan batu berwarna jingga dan menyembur membentuk air mancur.

Habis main air panas gimana kalau menyegarkan mata sambil berendam?

Wah kayanya ke Kolam Bidadari pas tuh. Surga tersembunyi dengan air kolam alaminya yang sangat jernih berwarna hijau. Serta pemandangan sekitar kolam yang hijau pula. Membuat segar dan tenang.

KULINERAN

Plesiran tanpa menikmati kuliner khas daerah akan hampa. Seperti aku tanpa dia hashhh. Makanan khas Alor jarang yang dimasak dengan cara digoreng menggunakan minyak dan katanya rasanya lezat. Ya walaupun lidahku udah kebiasaan dengan makanan berminyak tapi ngga ada salahnya mencoba Jagung Titi yang mirip popcorn atau Kue Rambut yang terbuat dari tepung singkong dan campuran gula lontar. Hhmm,,, sepertinya enak ya!

Kira-kira itu beberapa tempat dan aktivitas yang bisa dieksplore selama di Alor. Maka sebelum plesir hal yang harus dipersiapkan adalah kamera. Yup! Untuk mengabadikan semua keindahan Alor ke dalam frame. Selain ransel city backpack yang bikin punggungku nyaman nan ringkes. Dan karena ini kebanyakan eksplorenya di alam terbuka supaya ngga panik ntar kalo kenapa-kenapa selama plesiran, amit-amit tapi jangan sampe, jadi persiapan yang wajib yaitu kudu sudah memiliki #NewTravelPartner yang tepat seperti @tmipartner untuk #AsuransiPerjalanan agar #LiburanBebasCEMAS

Apaan sih TMI partner itu? #TokioMarineIndonesia merupakan asuransi umum yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Indonesia. Yang memiliki berbagai paket perlindungan lengkap untuk perjalanan liburan sendiri maupun bersama keluarga. Dalam hal ini bisa aku pake selama plesir ke Alor.



Jadi kapan nih berangkat plesir ke Alor bareng?



-SEEYOUU
When I See You (*)

Plesir ke Alor Seru Nih!