Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
gambar karya rikhoapoetra
Pagi setengah siang itu, sudah 4 jam-an menatap layar laptop berharap ide-ide kreatif mengalir sejalan dengan tetikus yang aku geser-geser dari selepas waktu dhuha namun benar benar buntunya kebangetan. Sama sekali yang ada ide yang nongol, gak ada hidayah.

Huft…

Beberapa kali aku melirik ke smartphone milikku saat dia nyala sendiri itu pertanda ada notif masuk dari media sosial. Aku lihat ada notif di line ternyata dari OA kalau gak gitu dari grub yang bc promosi.
Dah acuhkan. Tambah bikin ngilu.

Berulang kali aku melirak-lirik ke smartphone saat notif nyala, berharap bisa mendapat ide dari sana. Singkat cerita pas nyala itu aku lihat kok ada nomor yang gak aku kenal. Langsung aku ambil smartphone yang dari tadi aku anggurin, Cuma aku lirak-lirik’i saja,. Nomor asing itu menampilkan pesan gini,

Mas, saya Twindy temennya Rosana.

Mau minta tolong editin foto bisa gak?
Rosana? Rosana itu siapa? Aku bener-bener gak tau siapa itu Rosana dan siapa Twindy. Tapi dengan spontan jariku seolah ngetik sendiri,
ouh iya bisa
selesai pesan terkirim, balik mikir lagi Rosana? Rosana? Twindy? Temen pas dimana yaa kok sama sekali gak kelingan hehehe *puarah. 
Terus dia balas lagi,
Ngedit foto jadi kayak gini bisa, mas? 
*dilampirin contoh foto yang dia maksud
Ternyata yang dia maksud adalah WPAP. Bagi yang belum tau apa itu wpap, klik-ini biar dijelasin Wikipedia.

Nah, dari sini sudah gak mikir lagi siapa Rosana dan siapa Twindy yang jelas aku bisa bantu. Langsung aku suruh ngirim aja fotonya yang akan di-wpap.

*foto sudah berhasil dikirim*

Pas aku buka eeeladalah… fotonya tiga wajah dengan cahaya remang-remang yang cenderung gelap dan size yang medium mendekati kecil. Intinya gambarnya pecah. Yaudah aku tanya lagi ke dia,
Mbak, gak ada foto yang lain?
Dia kirim lagi foto 2 wajah dengan cahaya yang lebih terang dari yang pertama. Tapi tetep gambarnya pecah. Gak cukup sampe situ lhakok ditambah kalimat,
Mas, besok bisa jadi?
Oh Tuhan cobaan apa ini. wkwkwk
Karena aku gak sanggup menanggung semua ini, maka aku punya ide buat menghubungi temanku, Alan, untuk ngerjain wpap ini, dan oke bisa dikerjakan.

Selesai aku menghubungi Alan, ada pesan lagi yang masuk dan tertulis,
Mass, kena biaya berapa?
Oke deh...
Aku langsung cariin referensi dari temen-temen kenalan yang berpengalaman dan salah satu site milik pelaku vectorian wpap. Aku gak berani langsung nentuin soalnya kalo ginian. Aku takut kalo ngasih terlalu tinggi ke dia. 

Informasi biaya terkumpul, aku pilih list yang paling kecil. Aku bales pesan dia dengan lampiran foto list dan lengkap dengan ketentuannya dari site yang tadi. Difoto itu udah jelas semuanya. Jelas, nyata dan transparan.

Dia membalas lagi,
What??? Mahal banget?
Melihat pesan tersebut aku ajak dia diskusi singkat. Sampai pada akhirnya ketemu di angka yang pas. Dan langsung aja aku kirim rinciannya ke dia, seperti digambar screenshot ini








Apa balasanya,







Inginku berkata kotor. Parah banget ini orang, padahal semua rincian sudah dijelasin dan didiskusikan bersama. Singkatin aja deh, aku singkatin yaa udah mulai nek nyeritainnya.


***
Kemudian, aku hubungi temenku, Alan, tadi. Aku sampikan ke Alan apa yang aku diskusikan sama orang parah tadi biar dia tidak buta informasi saat ngerjain wpap-nya. Sesaat selesai aku menghubungi Alan ada pesan singkat masuk. Ternyata orang parah tadi, dia minta kontaknya Alan. Oke, aku kasih kontak telegram-nya Alan ke dia.

Dan,

Saat aku main ke tempat Alan kemarin. Alan curhat ke aku,
Dia menghubungi aku. Minta diskon, bro.
Aku ketawa denger curhatan Alan, emang kebacut orang ini. Padahal aslinya itu biaya pada umumnya di angka 9 lho, kalau diangka-kan 0-9, dan dia udah dapat di angka 4 kok ya masih minta diskon lagi. Apa rumangsamu Alan ini ngerjakan gak butuh listrik? Gak butuh duduk lama liatin monitor sambil mantengin detail foto pecah mu? Gak butuh kuota sampai 1gb per-hari buat nyari inspirasi?  Gak butuh melek malem malem sampai ke malem lagi karena deadline-mu yang ngawur?

Tenggelamkan!


Tambahan nih, 
aku nemu yang mening-mening, beberapa karya rikhoapoetra









Grafis bukan Gratis

Logo London Underground
Underground lebih dipersepsikan sebagai musik yang ugal-ugalan, keras, bising, kasar, dan tidak senonoh. Sehingga banyak orang menilai kaum yang menyukai musik ginian adalah kaum anak nakal. Coba tanyakan pada mereka nakal mana penyuka atau penikmat musik ugal-ugalan berlirik blak-blak-an yang tampilannya seadanya ini atau mereka yang bertampilan, berkata manis tapi bukan dari hatinya melainkan hanya ingin merampas kuantitas saja. Apakah mereka benar-benar mengerti "undergound" itu sendiri? Apakah mereka mengerti tentang konsep dasar dan pengertian dari “Underground” ini? Kok meng-judge kalau ugal-ugalan, nakal, keras, dan yang jelek-jelek. Atau malah dia hanya seorang yang miskin ilmu pengetahuan dan rasis wawasan?

Eh iya, sebelum terjun jauh ke paragraf selanjutnya sebenarnya aku ingin menyampaikan soal indie –nya sih ditulisan ini. Pernah kan kalian denger tentang kata “musik indie”? kata “Band indie”? Nah, sebenarnya aku pengen nyampein lebih ke tentang indie –nya melalui tulisan yang berjudul dibaca undergron ini.

Oke kembali ke judul…

Sebenarnya "Underground" ini tidak hanya mengenai musik, melainkan sebuah movement dimana tidak terikat pada suatu korporasi yang mengikat. Movement ini bersifat sangat berbeda dengan pakem-pakem yang ada.

Pelaku atau orang atau kelompok atau band yang dikategorikan sebagai "Underground" adalah mereka yang memegang konsep etik D.I.Y (Do It Yourself). Memroduksi lagu bahkan album mereka dengan kerja keras mereka sendiri. Semua proses kreatif mereka lakukan sendiri dengan bebas, merdeka, berdiri sendiri, swadaya, swakarsa, swakarya tanpa tanpa adanya campur tangan produser besar.

Di media luar negeri, Counterpunch, yang pernah aku temui pernah dituliskan bahwa "Underground music is free media, because by working independently, you can say anything in your music and be free of corporate censorship".

Dan! ini tidak melulu soal musik lho… Film, Puisi dan Karya Sastra lainnya, Seni Rupa, dan Seni Tari. Semuanya dapat di kategorikan sebagai undergron, --indie, jika terdapat segi kebebasan dalam berekspresi dan etos D.I.Y (Do It Yourself).




***
Melihat banyaknya kids jaman now yang sangat antusias dengan lagu-lagu surat ‘cinta untuk starla’ dan ‘bukti’ –nya virgoun, lalu ‘akad’-nya payung teduh, aku kok tambah agak sedih. Karena kebanyakan generasi KJN ini sangat miskin wawasan dalam berbagai hal, mereka tampak ogah-ogahan untuk mengetahui asal muasal hal favorit mereka itu. Payung Teduh adalah contohnya, kids jaman now buanyak yang mengaku meyukai Payung Teduh dengan lagu-lagunya, tapi hanya sedikit sekali dari mereka yg benar-benar membongkar habis tentang musik yang mereka sukai itu. Baik dari asal-muasal aliran itu, sejarah bandnya, dan band-band apa saja yg dianggap sebagai pelopor aliran itu. 



Memiliki pengetahuan seperti itu sangatlah besar manfaatnya, salah satunya adalah kita akan mempunyai Basic dan Originalitas.


Coba tebak apa yang membuat Mas Is, pentolannya Payung Teduh, berkeputusan untuk pamit mundur dari band-nya? Yaa karena kelakuan seperti yang aku tulis dibawah tanda bintang 3 itu  tadi.


Yaudah yaa untuk menutup tulisan ini aku kasih video sepatah duapatahnya Mas Is. Disini


Dibaca Undergron

Ilustrasi Komunitas
Kita manusia diberi mulut sama Tuhan untuk berinteraksi. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berinteraksi. Salah satunya Komunitas.

Ada yang ikut Komunitas? 

Ada yang ingin tau apa itu Komunitas?


Jadi, setiap individu yang punya hobby atau kesukaan yang sama, cenderung membentuk kelompok, agar segala kegiatan yang punya persamaan minat dan passion bisa dilakukan bersama-sama. itulah yang disebut komunitas.

Tapi gak semua orang suka berkomunitas, alasannya beraneka rasa, eh aneka ragam. Mulai dari tidak percaya diri, kurang suka rame-rame dan tak begitu menganggap penting berkomunitas, karena fokus pada sekolah atau kuliah atau kerja atau mencari uang saja sudah lebih dari cukup. Dan itu gak salah.

Bergabung atau tidaknya dalam suatu komunitas, yang penting bisa sama-sama menelurkan karya nyata nya dan menginspirasi sesama untuk kembali berkarya lalu benularkan lagi kesesama.

Ngomongin soal komunitas, dalam pandangan saya pribadi, adalah penting.

Karena apa?

Karena banyak hal yang kurang kita ketahui atau hal yang sama sekali tidak kita ketahui, bisa dibahas dan kita temukan keberadaannya dalam komunitas yang kita ikuti, sesuai passion kita masing-masing tentunya.

Kadang ni yaa dari hasil bergabung dengan komunitas, kita bisa mendapatkan banyak hal baru,. Teman baru, wawasan baru, ide baru, dan semua yang baru-baru deh pokoknya. 

Tapi, tak sedikit pula yang kurang bisa menyesuaikan diri lingkungan barunya dikomunitas yang diikutinya, sehingga merasa dikucilkan, padahal dalam berkomunitas ini kita tak perlu malu, kalau bisa malu-maluin *eh,  yang kita butuhkan hanyalah komunikasi dan sikap yang pandai menempatkan diri, sudah pasti akan mudah diterima dalam suatu komunitas. *catet  yaa komunikasi

Dengan berkomunitas itu kita bisa sama-sama menyalurkan bakat, ide dan aspirasi, yang jika dilakukan sendirian pasti tidak asyik.

Apa sih keuntungan dari bergabung dengan sebuah komunitas?
Nih, aku rangkumin yaaa...

Pertama, dapat teman yang banyak dari beragam profesi, beragam latar belakang dan beragam minat.

Kedua, bisa saling berbagi ilmu bermanfaat, tukar pikiran dan saling melengkapi.

Ketiga, tercipta banyak inspirasi dalam berkarya.

Keempat, bersama-sama menyalurkan bakat, yang jika dilakukan sendiri tidak mungkin, bisa dilakukan bersama dengan satu bendera komunitas yang diperkenalkan pada khalayak ramai.

Kelima, networking yang luas baik dalam urusan komunitas maupun kehidupan pribadi.

Keenam, yang paling didamba-dambakan kids jaman now, Eksistensi, tentunya.

Ketujuh, sebagai wadah untuk sarana kampanye hal positif juga aksi nyata dalam kegiatan kemanusiaan secara bersama, misalnya, acara charity atau amal dan kegiatan yang bermanfaat bagi sesama.

Ikut Komunitas Yuk!

Founder YPAB
Andri Rizki Putra. Pemuda ini lahir 23 tahun yang lalu. Lahir sebagai anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak. Ia adalah aktivis Lembaga Swadaya Manusia yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak tidak mampu. Saat ia kecil Ayah dan Ibunya bercerai dan ia hidup bersama ibunya. Hubungan Rizki dan ibunya terjalin cukup unik. Ibunya tidak pernah menyuruh untuk belajar dan membebaskan untuk memilih yang disuka. Terkesan cuek, tapi dari situ ibunya menanamkan kepercayaan yang luar biasa pada Rizki. Rizki bebas berbicara apa saja pada ibunya. Mungkin terkesan tidak sopan, tapi dari situ ibunya menanamkan sikap untuk berani berpendapat dan jujur apa adanya. Dan menurut pendapat saya memang seharusnya seperti itulah orang tua. –Hanya Pendapat saya-.
Pertengahan 2006 adalah masa penting dalam hidup Rizki, saat itu dia duduk di bangku SMP kelas 3 dan sedang menjalani Ujian Nasional. Rizki mendapati bahwa sistem ujian nasional di sekolah (formal) buruk. Setelah lulus SMP Rizki lalu diterima di SMA unggulan, mendapat beasiswa prestasi, dan mencetak nilai tertinggi. Tapi dia sudah terlanjur merasa kecewa dengan sistem pendidikan formal di Indonesia dan memutuskan untuk berhenti di bulan kedua masuk SMA. Menurutnya, pendidikan adalah media untuk membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Bukan hanya mengejar nilai dan prestasi semata.
Sewaktu putus sekolah, Rizki memutuskan belajar otodidak dan mengikuti pendidikan kesetaraan Paket C. Disini Rizki membuktikan seorang paket C pun bisa kuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Hukum. Dan lulus dengan predikat Cumlaude Universitas Indonesia 2011.
Pengalaman panjangnya dalam bersekolah itu memicu Rizki untuk membuat sekolah gratis. Tak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C. Yayasan pertama yang dia dirikan adalah masjidschooling. Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid. Rizki pun menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, dia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.
Selain samping itu, Rizki yang saat ini menjadi konsultan di firma hukum Baker and MzKenzie juga menjadi founder Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) pada 2012. Berbeda dengan masjidschooling yang cenderung segmented untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih plural. Konsep pendidikan di YPAB juga fleksibel. Sebab, tutor di YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20–30 tahun dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesional. Mereka menjadi relawan setia yang mengajar tanpa bayaran.
Terkadang Rizki juga menjalin kerja sama dengan relasinya di luar negeri seperti Meksiko dan Malaysia untuk mengajar di YPAB. Tidak pelak, murid-murid putus sekolah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat akhirnya mau tidak mau belajar ngomong Inggris. Yang membanggakan, sudah banyak murid ”schooling” Rizki yang ”naik kelas”. Dari tukang jual koran menjadi pegawai admin di media. Dari pembantu rumah tangga menjadi admin di perkantoran.
Kendati demikian, mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal mudah. Banyak pula tekanan dari masyarakat. Misalnya, warga pernah memprotes Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum. Sebab, awal-awal berdiri, proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi.
Melalui YPAB, Rizki dan segenap relawan berusaha menanamkan pendidikan kesetaraan gratis yang berkualitas dan menanamkan prinsip kejujuran dan keberagaman. Rizki tidak butuh murid yang pintar, tapi jujur dan berintegritas. Dan memang seperti itulah pemuda dan pemudi yang bisa membanggakan Indonesia.

Kamu berani jadi salah satunya? 

Orang Jujur Tidak Sekolah


Halo teman-teman! Sekarang kita ngomongin barang bekas ya? Tapi sebelum masuk topik, Saya mau minta persetujuan. Kalau ngomongin barang bekas pliss saya mohon dengan sangat jangan inget mantan. Setuju? Oke masuk ke topik.
Barang bekas bagi banyak orang hanyalah membuat kesedihan dan kegalauan. Kita ambil contoh aja kardus. Kardus hanya dianggap sebagai barang bekas yang tak memiliki nilai guna. Bahkan, kardus merupakan salah satu sampah rumah tangga dan perkantoran yang biasa ditumpuk di salah satu sudut ruangan tanpa memberikan manfaat. Tetapi, untunglah(masih)ada populasi pemuda kreatif yang bisa menyulap barang tidak bermanfaat itu menjadi barang yang bernilai dimata manusia. Seperti Raditya Dika, ditangannya Kardus bisa menjadi sebuah film yang ditunggu-tunggu tanggal tayangnya di bioskop dan dicari-cari di link download.
Ini malah ada yang lebih “kereng” lagi. Mereka-- Angger D Wiranata, Indra Syamsu, Muhammad Arif Susanto, dan Octiana Dwi Anggara menciptakan barang furniture dari kardus. Kata mereka awal ide itu muncul karena sebuah project Program Kemitraan dan Mandiri di kampus mereka, di Surabaya. Produk yang mereka ciptakan ini diberi nama Dus Duk Duk (karDus untuk duDuk). Sesuai dengan namanya mereka menggunakan bahan dasar dari kardus (100%).
Khawatir rusak cepat rusak? Tenang saja, produk Dus Duk Duk sudah punya lapisan khusus untuk melindungi kardus ajaib ini. Jadi, kalo kena cipratan air masih tetap kuat. Lapisan ini gunanya untuk meminimalisir air tembus ke kardusnya. Dengan cairan khusus tersebut, membuat lapisan kardus jadi kaku dan tahan air. Hasilnya, kursi buatan Dus Duk Duk bahkan bisa diduduki berdua, atau bahkan diinjak dengan dua kaki sekaligus. Dengan pemakaian yang wajar-wajar aja, dan selama tidak dekat dengan api, maka produk Dus Duk Duk bisa bertahan sampai 2 tahun.
Ini yang gak kalah keren! Produk Dus Duk Duk tidak hanya furniture seperti meja dan kursi saja. Tetapi juga produk-produk lainnya untuk keperluan dekorasi, element interior, jam dinding, pigura, hingga siluet wajah. Mereka bahkan pernah juga mengerjakan pesanan dari beberapa artis untuk keperluan display sejumlah produk di butiknya. Dan, orang nomor satu Jawa Timur, Pak Dhe Karwo (Gubernur Jawa Timur) pun juga pernah pesan Dus Duk Duk. Tak hanya itu saja, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di periode Kabinet Bersatu Jilid II, Mari Elka Pangestu juga sudah pernah mencoba kekuatan kursi Dus Duk Duk dan tertarik untuk order beberapa buah.

Gimana? Terinspirasi oleh mereka? Pemuda-pemuda aneh yang akan membanggakan nama Indonesia dengan produk-produk kreatifnya. Ayo tulis pendapat kalian di kolom komentar ya!

Sampah jadi Barang Mewah


Sekarang saya pingin menulis soal belajar. Iya alasannya karena saya masih seorang siswa Madrasah ‘Aliyah. Gak usah bingung! Madrasah ‘Aliyah itu sederajat SMA. Jadi gini selama saya sekolah banyak banget cara belajar yang saya lihat. Apalagi cara belajar dengan menghafal. Cara itu seolah-olah menjadi senjata pamungkas buat saya dan teman-teman.  Entah itu paham atau tidak yang kita pelajari yang penting hafal dulu. Soalnya kalau hafalkan dapat nilai bagus, kalau gak hafal nilainya jelek. Mungkin itu yang ada dipikirku dan teman-temanku.

Dan setelah saya membaca buku secara tidak sengaja saya menemukan nama Richard Feynman (silahkan goggling untuk cari tahu profilnya). Dia pernah memusingkan satu hal.

"Aku tidak tahu ada apa dengan orang-orang, mereka tidak belajar dengan cara memahami, mereka belajar dengan menghafal. Pengetahuan mereka begitu rapuh." Memang seperti yang sudah saya tulis di atas tadi, dari zaman aku sekolah di tingkat Dasar sampai saat ini ‘Aliyah, kebanyakan teman lebih suka menghafal untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan atau problem atau tugas. 

Bukan dengan cara memahami konsep & tujuan dari setiap prosesnya. Mereka harus selalu bertanya solusinya dan menghafalnya kembali. Jika saja mereka belajar dengan cara memahami, maka mereka pasti dengan mudah dapat menyelesaikan setiap masalah baru. Tanpa harus menunggu instruksi atau prosedur baru. Karena mereka yang memahami adalah orang-orang yang kreatif dalam memanfaatkan otaknya.
         
Ini contohnya. Coba Perhatikan! film anak-anak yang menurut kita bagus untuk mengajarkan kita atau anak-anak tentang hal apapun seperti Dora the Explorer. Tanpa sadar, kita atau anak-anak kita diminta selalu mengikuti instruksi, no excuse!

Perhatikan! di dunia kerja, banyak bidang kerja lebih memilih karyawan (ataupun kandidat) yang terbukti patuh dan menjalankan instruksi step by step. No excuse !

Sekarang silahkan!

Kalau kamu sekalian ingin menjadi robot yang sukses, silahkan ikuti saja semua hal di atas yg sudah menjadi lumrah atau pasaran! 
       


Kalau kamu sekalian menjadi manusia yg cerdas (sebagaimana dikondratkan oleh Tuhan, sehingga malaikat pun sujud kepada Adam), cobalah belajar dengan cara memahami. Mencoba untuk selalu berani memulai hal baru setiap waktu. Tentunya dengan cara yang cerdas pula. Untuk Indonesia yang Kreatif!

Belajar dengan Memahami

Ilustrasi
Memang benar sekali, setelah menyelesaikan studi di madrasah atau sekolah umum, kita beranjak melanjutkan studi ke dunia perkuliahan dan of course! Hal yang menjadi number one adalah IPK yang tinggi. Dan untuk mendapatkan itu kita harus belajar dihadapan lembaran-lembaran kertas yang tebalnya seperti tumpukan burger :D
         
Tapi, tentu di dunia perkuliahan kita mengenal Organisasi Mahasiswa. Dimulai dari MPM, BEM, HMJ, sampai UKM pun ada dalam lingkup organisasi mahasiswa. Berorganisasi seperti ini biasanya akan banyak memakan waktu belajar, karena pasti akan banyak kegiatan mulai dari rapat rutin sampai sibuk dengan program kerja terdekat. Dan hal ini pasti menimbulkan kesenjangan antara belajar dan organisasi. Kebanyakan orang yang saya kenal lebih memilih belajar rajin di hadapan kertas-kertas dengan beribu-ribu halaman demi mendapat nilai atau IPK tinggi yang(katanya)akan membuat kehidupan mereka kelak akan lebih “bahagia” dari pada ikut berorganisasi. Atau lebih saya sebut mahasiswa KUPU-KUPU (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang). Mereka sering menganggap belajar itu lebih menjamin hidupnya dari pada berorganisasi dan memprioritaskan belajar sebagai number one  dan menduakan berorganisasi.

Pertanyaannya:
Apakah Organisasi itu pantas di-nomor dua-kan dibanding Belajar?

Kalau kalian tanya ke saya, akan saya jawab TIDAK!  garis keras.
Memang belajar itu prioritas utama dalam kuliah maupun sekolah, tapi bukan berarti organisasi ada di nomor 2. Organisasi itu sangat amat penting sekali kuadrat,  teman! Sadarlah! Karena organisasi mengajarkan kita tentang apapun yang tidak bisa kita dapat lewat belajar suatu pelajaran. Berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama, berlatih kepemimpinan, banyak relasi, dan masih banyak lagi. Besar sekali manfaat bergabung di organisasi.

Organisasi bukan nomor 2 karena apa? Karena organisasilah yang akan membantu kita di masa depan, setelah kita benar-benar terjun di tengah-tengah masyarakat yang beranekaragam. Manfaat organisasilah yang akan mendampingi kita ketika sudah dalam keadaan seperti itu.
Dari cerita seorang Direktur utama pemilik salah satu PT di Surabaya, sekarang dalam dunia pekerjaan tidak lagi mengambil calon karyawan yang mengajukan lamaran ke perusahaan dengan nilai IPK tinggi, tetapi perusahaan memilih calon karyawan yang mempunyai nilai kerjasama serta mampu mengeluarkan ide dan berkomunikasi yang baik. Dan semua itu didapat dari beroganisasi! Perusahaan “Google” contohnya.

Jadi, apakah organisasi pantas di-nomor dua-kan? Ayo ubah mindset untuk tidak menduakan organisasi. Karena organisasi dan belajar itu mempunyai hubungan yang sinergis satu sama lain, saling melengkapi, saling menjadi number one!
MARI BERORGANISASI!

Anggap Saja Pacaran