Day 137 of 366.

Tujuh tahun lebih enam belas hari.

Kamu hilang bersama aku yang memimpikanmu di setiap tidur malam.

Biasanya kamu duduk di pojok bangku restoran sambil membaca buku-buku kedokteran. Itu sudah kesukaanmu.

Kamu biarkan padahal sedang berhadap-hadapan. Seolah sengaja memberiku ruang agar puas memandang. Lantas tertawa lucu dengan lesung pipi yang menawan.

Minumanmu mulai dingin, udaranya juga.

Keadaan sedang tidak baik-baik saja, kamu masih tetap datang seolah-olah ingin menantang.

Kamu bilang angin kencang dan hujan bukanlah lawan. Pun badanmu basah kuyup dan kedinginan.

Memang sulit membuatmu menghapuskan cerita yang tak tuntas berjalan. Tetapi lebih sulit lagi memintamu menghancurkan harapan tentang masa depan yang di dalamnya ada kita.

Untuk apa? / Untuk apa?

Yang kamu tunggu sudah bilang tak mungkin pulang.

Bintang di langit malam itu cantik, tetapi hujan sukses membuatku kirik.

Pada hari kamu tidak terlihat dalam radar, risau kian utuh dan berdebar ke ntah yang berapa juta kalinya.

Selamat sukses membuatku tersenyum bersama luka. Letih dalam rasa yang masih sama dan mungkin ini memang saatnya.

Tujuh tahun lebih enam belas hari dan akan tetap merindukanmu.

Selalu.

 . . .


-SEEYOUU
When I See You (*)

Enam Belas Hari




Day 136 of 366.

Di bawah gelapnya langit Jakarta, aku tulis untuk seorang yang sering aku panggil ‘Hey Kamu’.

Mungkin hari ini atau nanti, aku akan sedikit merasakan sesal yang terlambat ku sadari. Tetapi sesal ini bukan karena kamu, melainkan sesalku karena banyak waktu yang ku buang untuk dia agar bersamaku.

Tenang saja. Aku tidak akan minta balasan darimu barang sedikit atau hampir menyamai apa yang sudah aku lalui.

Perhatian, kepedulian serta perasaan-perasaan yang rumit.

Lagian aku juga sudah berjanji untuk selalu menemani walaupun tak bisa jamin untuk menetap disisi. Iya, biarkan ini berjalan semestinya, toh aku sudah sampaikan dan kamu mengaminkan.

Jika kelak ku bukan aku mu, semoga kamu selalu tetap bisa bahagia, ya.

Kokohkan tulang punggungmu, kuatkan pijakanmu, dan jadilah tulang rusuk untuk melengkapinya. Semoga dengannya menjadikan kamu terbaik bagimu, baginya, dan mereka serta akan menua dalam bahagia.

Aku akan baik-baik saja.

Aku harap dia sejatimu akan membantumu dan menyayangimu. Akan terus bersama disisimu lebih baik dan lebih banyak daripada aku.

Karena bagiku kebaikan dan kebahagian untuk kamu harus nyata bukan fana semata.

Dari yang sering kamu panggil, 
aku.


. . .



-SEEYOUU
When I See You (*)

Tulisan Untuk Kamu





Day 135 of 366.

Nyatanya melakukan video grub call dengan semua anggotanya cowok itu nggak aneh kok.

Aku selalu dikelilingi teman-teman yang untungnya baik-baik orangnya. Rejekiku. Ada teman dimana-mana, guyon-guyon bareng bisa, melewati hari-hari selalu cerah, penuh senyum dan tawa. Menganggap semua enteng seperti tanpa beban, begitu kata kebanyakan teman yang memperhatikanku.

Aku beruntung bisa punya teman-teman yang seperti itu. Menjadikan keluarga kedua ketika aku jauh dari keluarga intiku.

Malam ini misalnya, mereka beramai-ramai menghubungiku untuk sekedar berhaha-hihi melalui sambungan video grub call. Banyak sekali yang diobrolin, mulai dari kim jong un, inflasi dunia, nilai tukar rupiah, bupati klaten, sampai serial kapten Ri loh! Eh nggak deng, boong 😁

Teman-temanku yang di Soekamtiland, Yogyakarta ternyata selama Ramadan ini mereka menyuplai makanan sendiri, akibat jalan-jalan dan gang-gang disana pada ditutupin katanya. Sedang didownload eh Lockdown.

Jadi, mereka membuat jadwal masak untuk berbuka dan sahur secara bergilir. Mereka memanfaatkan pantry yang ada disana untuk diberdayakan menjadi dapur umum yang digunakan untuk memasak 60-an porsi setiap jam berbuka puasa dan sahur. Sayang sekali, aku tidak dapat ikut mencicipi masakan chef-chef lulusan Yutub dan TikTok ini. sedih. 

Selain itu mereka juga bilang kalau ngantuk katanya obatnya cuma satu, tidur. Lagi-lagi aku dapat info berfaedah yang tidak kuduga dari mereka malam ini.



-SEEYOUU
When I See You (*)

Sepi Bersama




Day 134 of 366.

Selamam lagi-lagi tranding soal nominal uang di platform twitter. Gaji 20jt, sempat bertengger di posisi satu tranding topik. Akar sumbernya cuitan tersebut sebetulnya bukan dari tweet asli akun warga twitter melainkan tangkapan layar dari sebuah grub di Facebook.

Tweet itu menyebar dengan kecepatan cahaya dan mendapat reply yang heterogen sekali.

Dari tangkapan layar yang berisi curhatan Si Fulan bergaji 20jt ini menuturkan kalau dia sebagai rakyat kecil memohon bantuan kepada pemerintah untuk segera mengucurkan bansos sebagai haknya.

Hey Anda, kalau bergaji 20jt per bulannya teriak rakyat kecil. Lalu, mereka-mereka yang kalau nggak keluar rumah nggak bisa makan apa dong? Rakyat tak kasat mata? Rakyat nano? Rakyat atom?

Lanjut ke curhatan Si Fulan, dia menuturkan kalau di masa pandemi covid-19 ini hanya mendapat gaji separo dari biasanya. Dengan gaji segitu dia mengaku tidak cukup untuk makan istri dan anaknya. Apalagi harus membayar cicilan mobil 4.5jt/bulan dan KPR 5jt/bulan.

Inilah ajaran dari bapak ku yang baru aku mengerti. Bapak dari dulu sekali sangat anti dengan yang namanya cicilan, bapakku akan membeli saat beliau sudah ada uang yang sesuai dengan harga yang akan dibelinya.

Lah gimana kalau darurat harus dibelinya saat itu juga?

Beliau sudah paham betul, bung. Memikirkan sampai situ. Ketika aku bertanya soal prinsipnya yang satu ini, le duwe dituku, le raduwe meneng.

Maksudnya kalau ada uangnya ya dibeli aja, kalau nggak ada yaudah nggak usah dibeli, kumpulin dulu uang biar bisa dibeli. Kalau punya keinginan untuk beli ya kerja keras & nabung. Gitu katanya.

Sangat sulit bukan prinsip kayak gini buat dipake pada kehidupan Indonesia empat titik nol?

Aku sangat beruntung jadi anaknya.

Nggak banyak orang sih yang bisa berprinsip seperti itu(mungkin)dan wajar aja kok nggak salah bagi yang tetep mau ngambil cicilan.

Dari tweet yang mencuitkan curhatan Si Fulan ini juga ada yang mereply dengan memberi tips alokasi ideal penghasilan bulanan dengan cara simple menggunakan metode 40,30,20,10.

Jadi, dari pendapatan keseluruhan setiap bulan disisihkan 40% untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, 30% dari dana untuk cicilan dan tagihan, 20% sebagai tabungan atau simpanan dana darurat, 10% nya untuk hal-hal kebaikan. Bisa untuk amal, infaq, bagi-bagi wishkas dengan kucing-kucing jalanan, dan sedekah lainnya.

Tapi ini bukan pakem kok.

Misal mau kasih ke orangtua setiap bulannya dan nggak ada cicilan. Bisa diterapinnya 40% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk tabungan, 20% ke orangtua, 10% untuk hal baik lainnya. Metode 40,30,20,10 bisa dialokasikan sendiri tergantung pendapatan dan pengeluaran masing-masing. Fleksibel aja.



-SEEYOUU
When I See You (*)

Berprinsip Menahan




Day 133 of 366.

Waktu aku berjuang dan bermimpi dari semua hal yang aku inginkan dalam hidup adalah yang terbaik. Saat itulah aku merasa ikatan antara kita dan kekuatan kita melawan pandangan kita.

Menyelip dunia dan merangsang kita. Mari kita memilas diri kita. Menjadi seperti bagaimana kita seharusnya. Masa depan bisa ditemukan dijalan kita.

Temanku percaya hal yang berbeda dari ku.

RIVAL dan TEMAN!

Kami bangga memberontak. Aku melakukan apa yang hati perintahkan. Apapun yang terjadi, aku siap!

Aku bangga memiliki hati yang keras untuk berlari ke atas, sekarang inilah pilihanku. Apa yang aku sukai dan yang ingin kulakukan, aku tidak tahu apakah besok akan sama.

Tapi aku tahu besok kita akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkannya.

 


-SEEYOUU
When I See You (*)

Kemauan, Tulisan Pendek




Day 132 of 366.

Ngabuburit hari ini aku mengagendakan untuk menonton serial Spongebob Squarepants. Aku mulai mengenal dan mengikuti serial ini sejak pertama kalinya Spongebob dan teman-temannya tayang di salah satu stasiun tv baru pada masa itu, global tv. Kalo salah tolong dikoreksi ya, jangan dibully.

Dari situ aku mulai berpikiran untuk memasukkan kota Bikini Bottom sebagai daftar kota yang harus ku kunjungi. Aku ingin merasakan nikmatnya Kraby Patty nya Krusty Krab. Apakah bisa mengalahkan The Lemmy nya Lawless yang masih menjadi juara sebagai burger terdelicious dilidah ndesoku.

Pengen juga mendapat jawaban langsung dari Squidward sang kasir Krusty Krab yang keliatannya tidak menyukai pekerjaannya di meja kasir berbentuk perahu tersebut, karena mimic yang selalu kurang bergairah pada setiap episode yang telah ku tonton. Padahal dia bergelimang duit loh di perkerjaannya tersebut.

Perihal semacam ini sepertinya sesuatu yang ada juga di society ku deh, namun banyak yang tidak mengakui. Golongan pekerja, bahkan kalangan eksekutif sekalian pun. Mungkin ada.

Lusa aku baru menemukan tanpa sengaja sebuah artikel dan kemudian membacanya. Di artikel itu dituliskan salah satu top reason penyebab seseorang tidak menikmati pekerjaannya adalah karena Praice Addiction.

Orang dengan praice addiction yakni orang yang kecanduan akan intensif, penghargaan, serta hal-hal yang memotivasi di luar dari diri sendiri.

Tapi masalahnya motivasi semacam ini telah dibangun dan dibiasakan sejak di masa sekolah. Aku ingat saat di kelas lima harus berlomba dengan murid lain untuk mendapatkan sebuah ‘bintang’ yang terpajang di depan kelas dengan tertulis namaku. Bahkan di sistem media sosial saat ini juga bergantung pada hal seperti like, subscribe, pengikut, dan lain sebagainya unyuk mengukur kesuksesan.

Squidward pun juga ingin mendapatkan apresiasi semacam itu dari impiannya sebagai pemain klarinet atau seorang seniman. Namun, dia tidak terlalu berani untuk mengejar mimpinya tersebut. Sehingga ya akhirnya harus bekerja pada Mr. Krab, seorang bos yang banyakan menyebalkannya ketimbang baik pada karyawannya.

Tapi yang bikin aku ngiri itu diluar pekerjaan si Squidward tau apa yang dia inginkan dengan dirinya sendiri. Sementara daku sering terjebak di dalamnya. Kamu juga?


 


-SEEYOUU
When I See You (*)

Hiduplah Squidward Raya